REVIEU LAHIRNYA ZAMAN MODERN INDONESIA
REVIEW TENTANG
LAHIRNYA ZAMAN MODERN DI INDONESIA
Kedatangan Islam di Indonesia
Berawal dari kedatangan
Islam di Indonesia yang merupkakan salah satu
proses terpenting dalam sejarah Indonesia, penyebaran Islam menjadi salah satu misteri kapan, mengapa
dan bagaimana Islam mampu berkembang dan tumbuh menjadi agama
mayoritas hingga dewasa ini. Semua bukti-bukti yang ada misalnya adanya
prasasti-prasasti Islam, “ Batu Nisan Putri Maimun “ bertuliskan 475 H yang ditemukan di Leran Jawa
Timur, “ Batu Nisan Sultan Sulaiman bin Abdullah bin al-Basir” yang ditemukan di bagian utara Sumatra, batu
nisan di kuburan-kuburan yang terletak di Trawulan dan Tralaya Jawa Timur dan
masih banyak lagi peninggalan-peninggalan yang membuka tabir tentang penyebaran
Islam di Indonesia.
Semua bukti yang ada
menunjukkan satu benang merah bahwa perkembangan Islam berawal dari abad XIII
hingga awal abad XVI. Bagian utara
Sumatra menjadi tonggak awal masuknya Islam hingga tersebar ke daerah-daerah timur Indonesia. Proses Islamisasi yang berlangsung di Indonesia memang
menjadi hal yang menarik untuk disimak, mengginggat minimnya bukti-bukti yang
menunjukkan kapan, mengapa dan bagaimana Islam masuk ke Indonesia. Sebuah catatan penting yang menjadi salah
satu sumber pembuka gambaran tentang Islam di Indonesia adalah catatan seorang ahli obat dari Lisbon yang bernama “Tome Pires”. Catatan Pires tersebut menjadi salah satu
sumber, meskipun secara keseluruhan juga tidak boleh dianggap memiliki
keakuratan tentang sejarah keseluruhannya. Menurut Pires, pada waktu ia
melakukan pengamatan ( Tahun
1512-1515 ), sebagian besar raja-raja Sumatera beraga Islam, meski ada beberapa
daerah yang belum menganut Islam seperti di wilayah Jawa Barat. Wilayah Jawa
Tengah dan Jawa Timur sebagian sudah menganut Agama Islam. Pires juga menggambarkan adanya proses jawanisasi, proses
asimilasi serta proses akomodasi yang berkembang mengiringi masuknya Islam ke Tanah Jawa.
Hal lain yang menjadi
suatu kajian menarik tentang masuknya Agama Islam ke Indonesia adalah berasal dari mana dan bagaimana proses
penyebaran Agama Islam di Indonesia. Terdapat beberapa sumber yang memang kebenarannya
tidak dapat diyakini secara maksimal, hal ini karena sumber-sumber tersebut
berasal dari cerita-cerita rakyat dan dongeng yang berkembang di masyarakat. Misalnya
hikayat-hikayat raja-raja pasai yaang menceritakan bagaimana Islam masuk ke samudra yang berasal dari utusan
Mekah, sejarah Melayu yang menceritakan kisah proses masuk Islam Raja Malaka, serta masih banyak lagi dongeng
yang bercerita tentang masuknya Islam ke Indonesia seperti Babad Tanah Jawi dan Sejarah
Banten. Cerita-cerita tersebut tidak dapat memberikan banyak penjelasan
mengenai kejadian-kejadian sebenarnya sekitar kedatangan Agama Islam, tetapi paling tidak dongeng-dongeng tersebut mampu merefleksikan
bagaimana generasi-generasi kemudian dari kaum muslim Indonesia melihat kembali
proses asimilasi yang terjadi di Indonesia.
Aspek-aspek Umum dari Negara-Negara Prakolonial dan Kerajaan-Kerajaan (1300-1500)
Ketidakjelasan
bukti-bukti dari Proses Islamisasi Indonesia menjadi salah satu hal yang
sama menariknya dengan sejarah politik Indonesia pada abad XIV dan abad XV yang
tidak banyak diketahui karena alasan yang sama ,yaitu sangat langkanya
bukti-bukti yang ada. Akan tetapi, terdapat dua negara besar yang mendominasi
periode ini yaitu Majapahit di Jawa Timur dan Malaka di Malaya. Majapahit
merupakan Negara terbesar diantara negara-negara yang ada di Indonesia sebelum
datangnya Islam. Malaya juga merupakan kerajaan perdagangan terbesar diantara
kerajaan-kerajaan perdagangan yang menganut Islam. Keduanya (Majapahit dan
Malaya) melambangkan zaman peralihan di Indonesia pada abad tersebut.
Sejarah yang terperinci
mengenai Majapahit sangat tidak jelas, sumber-sumbernya yang utama adalah
prasasti-prasasti berbahasa Jawa kuno, naskah Desawarnana atau negarakertagama
berbahasa Jawa Kuno yang ditulis pada Tahun 1365, naskah pararaton berbahasa Jawa tengahan, dan beberapa
catatan berbahasa Cina. Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada
masa pemerintahan Hayam Wuruk. Kronik-kronik dalam bahasa Jawa menyebutkan
Majapahit jatuh ketangan Negara
Islam, yaitu Demak pada tahun 1478. Majapahit merupakan negara agraris dan
sekaligus juga negara perdagangan yang mampu menaklukan Bali pada tahun 1343
dan mampu menjalin hubungan kerjasama
yang baik hingga ke wilayah Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian Selatan dan
Vietnam, serta mampu mengirim duta-dutanya ke Cina. Akhir cerita Majapahit ini
diawali dari berkurangnya pengaruh Majapahit di seluruh nusantara terutama pada
akhir abad XIV dan awal abad XV, dimana pada waktu yang
sama, berdiri suatu negara perdagangan melayu yang baru di Nusantara bagian
Barat.
Cerita yang menarik
lainnya adalah “
asal usul Malaka “ yang mampu
berkembang menjadi salah satu wilayah dengan” Pelabuhan Internasional “ yang
begitu besar. Cerita ini berawal dari seorang pangeran dari Palembang bernama “ Parameswara “ yang
berhasil meloloskan diri sewaktu terjadi serangan Majapahit tahun 1377 dan
akhirnya tiba di malaka tahun 1400. Di daerah Malaka tersebut akhirnya pangeran
Parameswara menemukan suatu pelabuhan yang baik yang dapat dirapati kapal-kapal
disegala musim dan terletak dibagian yang paling sempit di selat malaka. Karena
kepiawaiannya bersekutu dengan orang laut yaitu perampok-perampok pengembara di
selat Malaka, dia berhasil membuat Malaka menjadi suatu pelabuhan Internasional
yang besar dengan cara memaksa kapal-kapal yang lewat untuk singgah di
pelabuhannya serta memberi fasilitas-fasilitas yang cukup baik dan dapat
dipercaya bagi pergudangan dan perdagangan. Malaka dengan cepat menjadi suatu
pelabuhan yang sangat berhasil, karena negara ini dapat menguasai Selat Malaka
(salah satu trayek yang paling menentukan dalam sistem perdagangan
internasional yang membentang dari cina dan Maluku di timur sampai Afrika Timur
dan laut tengah di barat).
Kedatangan Orang-Orang Eropa di Indonesia ( 1509-1620 )
Kedatangan
orang-orang Eropa yang pertama di Asia Tenggara abad XVI dipandang sebagai titik penentu yang paling penting dalam
sejarah kawasan ini. Tetapi pandangan tersebut tidak dapat dipertahankan. Eropa
bukanlah kawasan yang paling maju di dunia pada awal abad XV, kekuatan besar yang sedang berkembang di dunia saat itu
adalah Islam, tahun 1453 orang-orang Turki Utsmani
menaklukan konstatinopel dan ujung timur Agama Islam
berkembang di Indonesia
dan Filipina. Akan tetapi orang-orang Eropa, terutama Portugis mencapai
kemajuan-kemajuan di bidang teknologi dan bangsa Portugis merupakan salah satu
petualang yang berani mengarungi samudera di sepanjang zaman.
Setelah
mendengar laporan pertama dari para pedagang Asia mengenai kekayaan Malaka yang
sangat besar, maka raja portugal mengutus “ Diego Lopes “ untuk menemukan Malaka, menjalin hubungan
persahabatan dengan penguasanya dan menetap disana sebagai wakil Portugal di
sebelah Timur India. Pada mulanya dia disambut baik oleh Sultan Mahmud Syah
tetapi kemudian komunitas dagang islam internasional yang ada di kota itu
meyakinkan Sultan Mahmud bahwa Portugis merupakan ancaman besar baginya, akhirnya
Sultan Mahmud berbalik melawan utusan Portugis dan anak buahnya.
Setelah
kedatangan bangsa Portugis, datanglah orang-orang Belanda yang mewarisi
aspirasi-aspirasi dan strategi Portugis. Orang-orang Belanda membawa
organisasi, persenjataan, kapal-kapal, dan dukungan keuangan yang lebih baik
serta kombinasi antara keberanian, kekejaman yang sama. Belanda bahkan nyaris
mencapai apa-apa yang telah diinginkan oleh orang-orang Portugis yaitu
menguasai rempah-rempah. Pada tahun 1598, 22 buah kapal milik 5 perusahaan yang
berbeda mengadakan pelayaran. Armada yang berada dibawah pimpinan” Jacob Van Necklah “yang pertama kali tiba di kepulauan rempah-rempah Maluku pada
bulan maret 1599. Kedatangan rombongan tersebut diterima dengan baik. Pada
bulan maret 1602, perseroan-perseroan yang bersaing itu bergabung membentuk
perserikatan maskapai Hindia Timur VOC. Kepentingan-kepentingan yang bersaing
itu diwakili oleh sistem majelis untuk masing-masing 6 wilayah di negara
Belanda. Pada tahun 1619 Coen yang merupakan Gubernur jenderal, dia menempatkan
VOC pada suatu tempat berpijak yang kokoh, dan dialah yang berhasil mendapatkan
pusat pertemuan untuk VOC. VOC melakukan kerjasama di Banten dan tahun 1611
memiliki pos di Jayakerta. Coen lebih memilih jayakerta sebagai markas besar
VOC yang permanen.
Munculnya Negara – Negara Baru ( ± 1500 – 1650 )
Negara-negara baru muncul di
Indonesia pada abad XVI – XVII.
Negara-negara tersebut umumnya telah menganut agama Islam, yakni Aceh, Jawa dan
Sulawesi Selatan. Pada waktu penguasa Malaka Sultan Mahmud dikalahkan Portugis,
dia menegakkan dinasti Malaka di Johor yang kemudian bersekutu dengan Aceh dan
Jepara untuk melawan Portugis. Pasca masa Sultan Alaudin Riayat Syah (1529 –
1563 ) yang dikalahkan Portugis, Johor dengan pasang surut terpaksa bersekutu
dengan Portugis untuk melawan Aceh.
Aceh di bawah Ali Mughayat Syah (
1514 – 1530 ) sampai dengan masa Sultan Iskandar Muda, mencoba menaklukan
daerah-daerah sekitarnya sampai terjadi persaingan terbesar antara Aceh dan
Portugis dalam menguasai Malaka. Pengganti Ali Mughayat Syah adalah putra
tertuanya yaitu Salahuddin (1530 – 1539) yang dianggap lemah sehingga gagal
menyerang Malaka, yang kemudian digulingkan saudaranya yaitu Alaudin Riayat
Syah.
Pada akhir abad XVI, Aceh merupakan suatu kekuatan yang sangat penting di
kawasan Malaka. Hal tersebut didukung oleh penguasa yang kuat yang dapat
mempersatukan konsensus di kalangan elit, tetapi Aceh selalu didera pertikaian
dalam negeri, pada saat penguasanya lemah. Hal ini dapat dilihat pada awal abad
XVII, terjadi pertikaian antara Aceh melawan Johor yang bersekutu dengan
Pahang, Palembang, Indragiri dan juga melawan Portugis dalam memperebutkan
hegemoni “Malaka baru”. Pada tahun 1629 Iskandar Muda (Aceh), Sultan Agung
(Jawa), Portugis, Johor, dan Lampung terlibat pertikaian dalam memperebutkan
hegemoni “Malaka baru”. Tetapi akhirnya mampu menguasai Sumatra bagian selatan
dan tidak pernah mampu menegakkan hegemoni Aceh di Malaka.
Pengganti Iskandar Muda adalah “ Iskandar Tsani Alauddin Mughayat Syah” menantu Iskandar Muda. Pada masa ini Iskandar
Tsani banyak menanamkan jasa dan terkenal sebagai pusat agama Islam meskipun
masanya singkat. Setelah masa kedudukan Iskandar Tsani, maka kedudukan
dialihkan ke Ratu Tajul Alam. Aceh memasuki masa perpecahan sampai tahun 1838
karena Sultan hanya sebagai simbol sedangkan yang berkuasa adalah para
hulubalang / uleebalang.
Pada awal
abad XVII di Jawa memiliki tiga kekuatan utama yaitu Banten di Jawa Barat dengan” Sunan Gunung Jati” , Mataram di
Jawa Tengah dengan “ Sultan Agung” dan Surabaya di Jawa Timur. Jawa bagian utara ada Demak penguasa “ Sultan Trenggana “ ( 1505 – 1546 ) dan dimasa inilah kerajaan Hindu – Budha (
Majapahit ) di Jawa Timur runtuh. Sampai tahun 1637 , Sultan Agung hampir dapat
menguasai seluruh nusantara hingga saat meninggal pada tahun 1646 bersamaan
dengan muncul musuh utamanya yaitu VOC yang berhasil menaklukkan kerajaan –
kerajaan di Nusantara.
Warisan-Warisan
Kesastraan, Keagamaan dan Kebudayaan
Negara-negara Baru di Indonesia yang menganut agama Islam tidak hanya menciptakan
dinasti-dinasti dan kerajaan-kerajaan baru, tetapi juga sebuah warisan budaya
yang beranaka ragam. Pada kurun waktu abad XVIII, tidak ada suatu kesatuan kebudayaan Indonesia, sebaliknya terdapat berbagai tradisi budaya
daerah yang serumpun dan merupakan milik kelompok- kelompok bahasa dan suku-suku tertentu, yang akan menjadi bagian dari
bangsa Indonesia modern. Tradisi budaya yang ada adalah tradisi-tradisi tertulis dari berbagai
daerah misalnya tradisi tertulis dari daerah-daerah
di Nusantara bagian barat yang berbahasa “ Melayu “ serta
tradisi-tradisi tertulis dari Jawa, Bali, dan Sulawesi
Selatan. Karya lain seperti “ Sejarah Melayu “ menetapkan kaidah-kaidah kesastraan dan memberikan gambaran mengenai kehidupan istana
yang ideal serta hubungan yang baik antara rakyat dan penguasa.
Daerah Sumatera bagian utara “ melahirkan banyak karya-karya ” penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan, tetapi tidak seluruhnya
didominasi oleh karya- karya yang berilhamkan “ Islam “, sebagian berbentuk prosa, sajak, syair & pantun. Dalam kesastraan
Jawa, tulisan jawa lebih sering digunakan daripada tulisan arab,
perbedaan penting ialah lebih menonjolnya puisi daripada prosa terutama dalam kesastraan klasik Jawa. “ Kesastraan Bali “ juga dapat dibagi menjadi tiga
kelompok atas dasar bahasanya, yaitu “ Jawa Kuno “, Jawa Pertengahan (’’Jawa-Bali/’’Bali-Jawa “ ), dan Bali. Suku Bugis & Makasar
di Sulawesi Selatan mempunyai kesastraan yang berkaitan erat, baik
prosa/sajaknya. Dari
beberapa hal tentang sastra dan budaya maka dapat dilihat tiga penyatu kepulauan Indonesia, yaitu “ Administrasi, Perdagangan dan Budaya “.
Comments
Post a Comment